MAKALAH Kerajaan Islam Banjarmasin dan Kerajaan Islam Pontianak

 

KATA PENGANTAR

 

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas semua limpahan nikmat dan karunia-Nya. Dan tak lupa pula kami haturkan sholawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang mengenalkan kepada kami jalan kebenaran yakni Islam.

Akhirnya kami mampu merampungkan makalah Sejarah Kebudayaan Indonesia yang membahas tentang “Kerajaan Islam Banjarmasin dan Kerajaan Islam Pontianak”. Makalah ini kami buat dalam rangka memperdalam pengetahuan kami tentang Kerajaan Singasari, dan sekaligus memenuhi tugas Sejarah Indonesia.

Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kami sendiri dan segenap para pembaca yang budiman. Tentunya dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan baik format maupun isi dari makalah itu sendiri. Oleh karena itu, kami berharap ada masukan atau kritikan yang membangun dari segenap pembaca yang budiman.

 

 

Pinangsori,      Maret 2020

Tim Penyusun

 

 

KELOMPOK VI

 


 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR .................................................................................. .... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A.    Latar Belakang ......................................................................................... 1

B.     Rumusan Masalah .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3

A.    Kerajaan Islam Banjar .............................................................................. 3

1.      Sejarah Berdirinya Kerajaan Banjar ................................................... 3

2.      Raja – Raja / Sultan Kerajaan Banjar ................................................. 4

3.      Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Banjar ................................ 6

4.      Pengislamisasian Pada Kerajaan Banjar ............................................. 8

5.      Masa Kejayaan Kerajaan Banjar ........................................................ 9

6.      Masa Kemunduran Kerajaan Banjar .................................................. 9

7.      Peninggalan Kerajaan Banjar ............................................................. 10

B.     Kerajaan Pontianak .................................................................................. 12

1.      Sejarah Berdirinya Kerajaan Islam di Pontianak ................................ 12

2.      Perkembangan Ajaran Islam di Pontianak ......................................... 13

3.      Perkembagan dan Masa Keemasan .................................................... 14

4.      Pergolakan dan Runtuhnya Kerajaan ................................................. 15

5.      Raja-Raja Penguasa Pontianak ........................................................... 16

6.      Kehidupan Politik, Ekonomi, Social dan Budaya .............................. 16

7.      Peninggalan Budaya ........................................................................... 18

8.      Peninggalan Kerajaan Islam Pontianak .............................................. 18

BAB II PENUTUP ........................................................................................ .... 20

A.    Kesimpulan ............................................................................................... 20

B.     Saran ......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Kalimantan merupakan pulau terbesar ke tiga di dunia. Pulau ini menjadi “jantung”nya Nusantara. Luasnya mencapai 940.000 kilometer persegi, 736.000 kilometer persegi milik Republik Indonesia. Hasil rimbanya sangat besar, diantaranya menghasilkan kayu yang paling bermutu, rotan, damar, dan sebagainya. Tanahnya yang beriklim sangat lembab, karena curahan hujan yang banyak itu mengandung batubara, minyak tanah, besi, intan, emas dan platina. Banyak terdapat sungai-sungai yang besar yang menjadi sumber kemakmuran dan kemajuan ekonomi, diantaranya Sungai Kapuas, Barito dan Mahakam.

Pulau ini mempunyai banyak sejarah yang menakjubkan. Di dalamnya terdapat banyak kerajaan yang silih berganti dari masa ke masa. Dari kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha hingga bercorak Islam. Dalam makalah ini akan dibahas kerajaan yang bercorak Islam di Kalimantan, yakni Kerajaan Banjar dan Kerajaan Pontianak.

 

B.     Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1.      Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan banjar ?

2.      Siapa raja – raja / sultan kerajaan banjar ?

3.      Bagaimana aspek kehidupan masyarakat kerajaan banjar ?

4.      Bagaimana pengislamisasian pada kerajaan banjar ?

5.      Kapan masa kejayaan kerajaan banjar ?

6.      Kapan masa kemunduran kerajaan banjar ?

7.      Apa saja peninggalan kerajaan banjar ?

8.      Bagaiman sejarah berdirinya kerajaan islam di pontianak ?

9.      Bagaimana perkembangan ajaran islam di pontianak ?

10.  Bagaimana perkembagan dan masa keemasan ?

11.  Bagaimana pergolakan dan runtuhnya kerajaan ?

12.  Siapa raja-raja penguasa pontianak ?

13.  Bagaimana kehidupan politik, ekonomi, social dan budaya ?

14.  Apa peninggalan budaya ?

15.  Apa saja peninggalan kerajaan islam pontianak ?

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Kerajaan Islam Banjar

1.      Sejarah Berdirinya Kerajaan Banjar

Islam datang ke Kalimantan pada abad ke 15. Suatu ketika, Raden Paku atau Sunan Giri berlayar ke pulau Kalimantan dan mendarat di pelabuhan Banjar. Kedatangannya sebagai muballigh sambil membawa barang dagangannya dengan tiga buah kapal. Kedatangan Sunan Giri ke Kalimantan diperkirakan pada tahun 1470 M.

Pada akhir abad ke 15, orang-orang Islam dari Jawa telah banyak menetap di Kalimantan. Berita-berita tentang agama Islam semakin tersiar dikalangan penduduk, baik melalui pendatang (pedagang dan muballigh) maupun orang-orang Kalimantan sendiri yang pernah menyinggahi Jawa, terutama Jawa Timur. Itu sebabnya maka kisah-kisah tentang Wali Songo menjadi buah bibir penduduk Kalimantan. Pelan tapi pasti Agama Islam telah dikenal oleh seluruh penduduk.

Pada masa itu, kalimantan Selatan masih dibawah Kerajaan Daha, yang pada saat itu dipimpim oleh Pangeran Sukarama. Ia mempunyai tiga orang anak; Pangeran Mangkubumi, Pangeran Tumenggung dan Putri Galuh. Peristiwa kelahiran Kerajaan Banjar bermula dari konflik yang ada di dalam Istana Daha. Konflik terjadi antara Pangeran Samudera sebagai pewaris sah Kerajaan Daha, dengan pamannya Pangeran Tumenggung. Seperti dikisahkan dalam Hikayat Banjar, ketika Raja Sukarama merasa sudah hampir tiba ajalnya, ia berwasiat, agar yang menggantikannya nanti adalahcucunya Raden Samudera.

Tentu saja keempat anaknya tidak setuju dengan sikap ayahnya itu, terlebih Pangeran Tumenggung yang sangat berambisi. Setelah Sukarama wafat, jabatan dipegang oleh anak tertua, yakni Pangeran Mangkubumi. Waktu itu, Pangeran Samudera baru berumur 7 tahun. Pangeran Mangkubumi tak terlalu lama berkuasa, karena ia dibunuh oleh pengawalnya yang berhasil dihasut oleh Pangeran Tumenggung. Dengan meninggalnya Pangeran Mangkubumi, maka Pangeran Tumenggung naik tahta.

Pada saat itu, Pangeran Samudera menjadi musuh besar Pangeran Tumenggung. Oleh karena itu ia memilih meninggalkan istana dan menyamar menjadi nelayan di Pelabuhan Banjar. Namun, keberadaanya diketahui oleh Patih Masih yang menguasai Bandar. Karena tidak mau daerahnya (Patih Masih) terus menerus mengantar upeti ke Daha kepada Pangeran Tumenggung, maka Patih Masih mengangkatnya sebagai Raja.

Dalam sejarah Daha, tersebutlah seorang perdana menteri yang cakap, bernama Patih Masih. Walau tak sebesar Patih Gajah Mada, ia mampu mengendalikan pemerintahan dengan teratur dan maju. Patih ini banyak bergaul dengan pendatang-pendatang di Pelabuhan Bandar. Disanalah ia bergaul dengan Muballigh Islam yang datang dari Tuban dan Gresik. Dari para Muballigh ini ia mendengar kisah tentang Wali Songo dalam mengemban Kerajaan Demak dan dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur. Bagi Patih Masih, kisah tersebut sangat fantastik, mengagumkan. Seiring berjalannya waktu, dari pergaulannya ini, ia akhirnya memeluk Islam.

Atas bantuan Patih Masih, Pangeran Samudera dapat menghimpun kekuatan dan memulai menyerang Pangeran Tumenggung. Tetapi peperangan terus berlangsung secara seimbang. Patih mengusulkan untuk meminta bantuan Demak. Sultan Demak bersedia membantu Pangeran Samudera asal nanti masuk Islam. Lalu sultan Demak mengirimkan bantuan seribu orang tentaranya[6] (sumber lain mengatakan berjumlah 40.000 tentara, dengan jumlah 1.000 kapal, masing-masing kapal memuat 400 prajurit). Atas bantuan itu, kemenangan ada di pihak Pangeran Samudera. Sesuai dengan janjinya, ia beserta seluruh kerabat keraton dan penduduk Banjar menyatakan diri masuk Islam. Setelah masuk Islam, ia diberi nama Sultan Suryanullah atau Suriansyah, yang dinobatkan sebagai raja pertama Kerajaan Banjar.

 

2.      Raja – Raja / Sultan Kerajaan Banjar

Sultan-sultan yang pernah memimpin dalam kerajaan Banjar, ada sumber yang mengatakan bahwa sultan berjumlah sembilan belas, tetapi sumber lain mengatakan bahwa sultan yang memimpin berjumlah hingga dua puluh tiga hingga kini, mereka yaitu:

1)      (1520-1546) Sultan Suriansyah.

2)      (1546-1570) Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah.

3)      (1570-1595) Sultan Hidayatullah I bin Rahmatullah.

4)      (1595-1641) Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah I.

5)      (1641-1646) Sultan Inayatullah bin Sultan Mustain Billah.

6)      (1646-1660) Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah.

7)      (1660-1663) Sultan Ri’ayatullah bin Sultan Mustain Billah.

8)      (1663-1679) Sultan Amrullah Bagus Kasuma bin Sultan Saidullah.

9)      (1663-1679) Sultan Agung/Pangeran Suria Nata (ke-2) bin Sultan Inayatullah.

10)  (1679-1700) Sultan Amarullah Bagus Kasuma/Suria Angsa/Saidillah bin Sultan Saidullah.

11)  (1700-1717) Sultan Tahmidullah I/Panembahan Kuning bin Sultan Amrullah/Tahlil-lullah.

12)  (1717-1730) Panembahan Kasuma Dilaga.

13)  (1730-1734) Sultan il-Hamidullah/Sultan Kuning bin Sultan Tahmidullah I.

14)  (1734-1759) Sultan Tamjidullah I bin Sultan Tahmidullah I.

15)  (1759-1761) Sultan Muhammadillah/Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan Il-Hamidullah/Sultan Kuning.

16)  (1761-1801) Sunan Nata Alam (Pangeran Mangkubumi) bin Sultan Tamjidullah I.

17)  (1801-1825) Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II bin Tahmidullah II.

18)  (1825-1857) Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah.

19)  (1857-1859) Sultan Tamjidullah II al-Watsiq Billah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam.

20)  (1859-1862) Sultan Hidayatullah Halilillah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam.

21)  (1862) Pangeran Antasari bin Pangeran Mashud bin Sultan Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah.

22)  (1862-1905) Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.

23)  (2010) Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu’tashim Billah bin Gusti Jumri bin Gusti Umar bin Pangeran Haji Abubakar bin Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman al-Mu’tamidullah.

 

3.      Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Banjar

 

a.      Kehidupan Politik

Bentuk pemerintahan Banjar sejak berdirinya sudah dipengaruhi oleh Kerajaan Demak. Merupakan konsekuensi logis jikalau kerajaan A dapat memdirikan kerajaan dengan bantuan Kerajaan B, maka Kerajaan B turut mempengaruhi bentuk dan jalannya pemerintahan Kerajaan A.

Walaupun dalam bentuk pemerintahan dibangun menurut model Jawa, raja dalam kekuasaannya tidaklah semutlak (seabsolut) raja-raja jawa. Disamping keturunan, kekayaan juga faktor yang menentukan dalam kedudukan raja. Pada hakekatnya pemerintah bersifat aristokratis, yang dikuasai oleh para bangsawan, yang mana raja hanya sebagai simbol pemersatu belaka.

Sultan dalam Kerajaan Banjar merupakan penguasa tertinggi , yang mempunyai kekuasaan dalam masalah politik dan keagamaan. Dibawah sultan ada Putera Mahkota yang dikenal dengan sebutan Sultan Muta. Ia tidak mempunyai jabatan tertentu tetapi pembantu Sultan. Disamping Sultan, terdapat sebuah lembaga Dewan Mahkota yang terdiri dari kaum bangsawan dan Mangkubumi.

Mangkubumi adalah pembantu sultan yang mempunyai peranan besar dalam roda pemerintahan. Mangkubumi di dalam pemerintahan didampingi menteri Panganan, Menteri Pangiwa dan Menteri Bumi dan dibantu lagi oleh 40 orang menteri Sikap. Tiap-tiap menteri Sikap mempunyai bawahan sebanyak 100 orang.Dilingkungan Kraton terdapat banyak pegawai atau petugas antara lain:

  • Lima puluh orang Sarawisa di bawah pimpinan Sarabraja bertugas menjaga krato
  • Lima puluh orang Mandung dibawah Raksayuda bertugas menjaga istana bangsal
  • Empat puluh orang Menagarsari dibawah Sarayuda bertugas mengawal raja
  • Empat puluh orang Singabana atau Parawila dibawah Singataka dan Singapati bertugas sebagai polisi
  • Empat puluh orang Sarageni di bawah Saradipa bertugas menjaga alat senjata
  • Empat puluh orang Tuha Buru di bawah Puspawana bertugas mengawal raja bila sedang berburu
  • Lima puluh orang Pangadapan atau Pamarakan dibawah Rasawija melakukan ber aneka ragam tugas di istana.

 

b.      Kehidupan Sosial & Ekonomi

Dalam masyarakat Banjar terdapat susunan dan peranan sosial yang berbentuk segi tiga piramid. Lapisan teratas adalah golongan penguasa yang merupakan golongan minoritas. Golongan ini terdiri dari kaum bangsawan, keluarga raja. Lapisan tengah diisi oleh para pemuka agama yang mengurusi masalah hukum keagamaan dalam kerajaan. Sementara golongan mayoritas diisi oleh para petani, nelayan, pedagang dan lain sebagainya.

Perkembangan perekonomian di Kalimantan Selatan mengalami kemajuan yang pesat pada abad-16 sampai abad-17. Banjarmasin menjadi kota dagang yang sangat berarti untuk mencapai suatu kemakmuran kerajaan. Kalimantan Selatan juga memiliki perairan yang strategis sebagai lalu lintas perdagangan. Dalam perdagangan, lada merupakan komoditas ekspor terbesar dalam Kerajaan Banjar.

Dalam hal industri, Kerajaan Banjar juga menghasilkan besi dan logam. Industri logam dan besi ini terdapat di daerah Negara. Kemampuan dan keahlian mereka mencor logam seperti perunggu, yang dapat menghasilkan bermacam barang-barang untuk di ekspor. Sejak abad ke-17 daerah Negara terkenal dengan pembuatan kapal dan peralatan senjata lainnya, seperti golok, kapak, cangkul dan lain-lain. Selain itu, keahlian membuat kendi sebagai bentuk kerajinan yang telah berkembang turun-temurun sebagai sambilan disamping bertani. Kemudian dikenal juga usaha-usaha pertukangan, seperti tukang gergaji papan dan balok, tukang sirap, dan lain sebagainya.

c.       Kehidupan Budaya

Orang-orang Banjar terdiri dari tiga golongan, yaitu kelompok Banjar Muara (Suku Ngaju), Kelompok Banjar Batang Banyu (Suku Maanyan), dan Kelompok Banjar Hulu (Suku Bukit). Dalam setiap kurun Sejarah, Kebudayaan Banjar mengalami pergeseran dan perubahan-perubahan hingga coraknya berbeda dari zaman ke zaman. Ini merupakan manifestasi dari cara berpikir sekelompok manusia di daerah ini dalam suatu kurun waktu tertentu.

Dalam rentetan peristiwa sejarah, kita dapatkan bahwa masyarakat Banjar dimulai dari percampuran budaya melayu dengan budaya bukit dan maanyan sebagai inti, kemudian membentuk kerajaan Tanjung Pura dengan agama Buddha. Yang kedua, percampuran kebudayaan pertama dengan kebudayaan Jawa, yang mana budaya Maanyan, Bukit, dan Melayu menjadi inti, yang kemudian membentuk Kerajaan Negara Dipa dengan agama Buddha. Yang ketiga, adalah perpaduan dengan kebudayaan Jawa yang membentuk kerajaan Negara Daha dengan agama Hindu. Yang terakhir, lanjutan dari Kerajaan Daha dalam membentuk kerajaan Banjar Islam dan perpaduan suku Ngaju, Maanyan dan Bukit. Dari perpaduan yang terakhir inilah akhirnya melahirkan kebudayaan yang ada dalam Kerajaan Banjar.

 

4.      Pengislamisasian Pada Kerajaan Banjar

Sultan Suriansyah adalah raja pertama yang memeluk Islam dan menjadikannya agama resmi kerajaan. Tetapi, hukum Islam belum melembaga dalam pemerintahan. Karena pada saat itu belum ada ulama yang mendampinginya. Setelah Sultan Tahmidullah II berkuasa, barulah hukum Islam itu melembaga. Hal ini menimbulkan terjadinya perubahan dalam pemerintahan, terutama setelah Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari datang dari Mekkah. Ia sangat disegani oleh sultan karena kedalaman ilmunya. Kitab Sabilul Muhtadin yang ditulis atas permintaan sultan yang berkuasa pada saat itu dijadikan pedoman hukum meskipun masih terbatas dalam bidang-bidang tertentu, seperti hukum waris dan pernikahan.

Dengan kebijakan Syeikh al-Banjari, perlahan-lahan hukum islam masuk istana. Dalam masyarakat Banjar ajaran fiqh dari madzhab Syafi’i sangat berpengaruh sehingga menjadi hukum adat rakyat. Syeikh Al-Banjari juga mengusulkan kepada Sultan untuk membentuk Mahkamah Syari’ah, yakni suatu lembaga pengadilan agama, yang dipimpin oleh seorang mufti sebagai ketua hakim tertinggi pengawas pengadilan umum.

Dalam penyebaran dan islamisasi di Kalimantan juga dikenal peranan seorang ulama yang bernama Khatib Dayyan. Ia adalah seorang utusan dari Jawa, tepatnya Kerajaan Demak. Tujuan Sultan Demak mengirimnya adalah untuk mengislamkan orang Banjar.

 

5.      Masa Kejayaan Kerajaan Banjar

Pada masa pemerintahan Sultan Mustain Billah inilah pusat Kesultanan Banjar dipindahkan ke Kayuwangi, Martapura. Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan pada abad ke-17, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Mustain Billah (1595-1620), Sultan Inayatullah (1620-1637), dan Sultan Saidullah (1637 – 1642).

Ketika Belanda datang dan menimbulkan kekacauan, Kesultanan Bajar mengalami kerugian. Akibatnya, ibukota kerajaan dipindahkan ke Amuntai, kemudian ke Tambangan, dan Batang Banju. Sebenarnya VOC sudah datang ke Banjar sejak 1606 untuk meminta monopoli lada namun usaha mereka belum terwujud. Baru setelah adanya kontrak yang ditandatangani Belanda dan Syahbandar Kesultanan Banjar pada 1635 perdagangan lada dimonopoli oleh Belanda. Setelah perjanjian antara VOC dengan Sultan Martapura ditandatangani, perlawanan terhadap Belanda menurun.

 

6.      Masa Kemunduran Kerajaan Banjar

Kerajaan Banjar mengalami kemajuaan sebagai dampak dari diaktikannya wilayah kerajaan ini sebagai pelabuhan bebas, tetapi sebaliknya kehadiran unsur asing didaerah itu juga dapat mengakibatkan perpecahan di kalangan istana. Kehadiran pihak Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang ikut campur dalam urusan adat kerajaan adalah bukti bahwa unsur asing yang hadir dalam Kerajaan Banjar nantinya akan memunculkan perpercahan dikalangan istana. Keterlibatan unsur asing dalam urusan istana juga merupakan salah satu penyebab utama meletusnya perang antara Kerajaan Banjar dengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

Awal mulanya Kerajaan Banjar memiliki hubungan yang cukup baik dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda, akan tetapi dengan ikut campurnya pemerintah kolonial dalam urasaan kerajaan mengakibatkan memanasnya hubungan diantara kedua belah pihak yang pada akhirnya akan menyebabkan pertempuran untuk mempertahankan kekuasaan di wilayah Kalimantan Selatan. Dalam sejarah pertempuran tersebut dikenal sebagai “Perang Banjar”.

Perlawanan Kerajaan Banjar berlangsung dalam dua tahap, yang pertama berlangsung dari tahun 1859-1863, sedangkan perlawanan tahap kedua berlangsung dari tahun 1863-1905. Peperangan yang berlangsung hampir setengah abad lamanya berakhir dengan kekalahan di pihak Kerajaan Banjar. Dengan terpatahkannya perlawanan rakyat Banjar pada tahun 1905, maka hal ini menandai runtuhnya era dari Kerajaan Banjar yang telah berdiri sejak tahun 1520.

 

7.      Peninggalan Kerajaan Banjar

 

1)      Candi Agung Amuntai

c740c6b2-6747-45b7-8c5f-0527b73bc663.jpg

Peninggalan-peninggalan bersejarah awal dari kehidupan zaman dulu yang menjadi peradaban kuno,di kalimantan selatan yang condong berkebudayaan sungai yang masih melekat sampai sekarang,peninggalan dari kebudayaan pada awal perang banjar sampai terbentuknya kerajaan banjar. salah satu peninggalan bersejarah di kalimantan selatan antara lain Candi Agung.candi agung Amuntai merupakan peninggalan Kerajaan Negaradipa yang dibangun oleh Empu Jatmika abad ke XIV Masehi. Dari kerajaan ini akhirnya melahirkan Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Menurut cerita, Kerajaan Hindu Negaradipa berdiri tahun 1438 di persimpangan tiga aliran Sungai, Tabalong, Balangan, dan Negara. Cikal bakal Kerajaan Banjar itu diperintah oleh Pangeran Surianata dan Putri Junjung Buih dengan kepala pemerintahan Patih Lambung Mangkurat. Negaradipa kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai.

Candi Agung diperkirakan telah berusia 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu dan kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di candi ini juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM. Batu yang digunakan untuk mendirikan candi ini pun masih terdapat disana. Batunya sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun bila disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa.Situs Candi Agung, yang merupakan bagian dari lambang daerah HSU, dengan menggunakan cara supranatural.candi agung sekarang dikonstruksi menyerupai bentuk candi agung terdahulu tanpa merubah letak,hanya saja bangunan candi agung sekarang dibuat seperti rumah banjar dan di jadikan tempat wisata.

 

2)      Mesjid Sultan Suriansyah

masjid.jpg

Masjid Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin, kawasan yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan situs ibukota Kesultanan Banjar yang pertama kali.

Bentuk arsitektur dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang, merupakan masjid bergaya tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional Banjar pada bagian mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan bangunan induk. Masjid ini didirikan di tepi sungai Kuin.

 

3)      Komplek Pemakaman Sultan Suriansyah

komplek.jpg

Komplek Pemakaman Sultan Suriansyah sendiri ialah suatu kompleks pemakaman yang berlokasi di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Sultan Suriansyah adalah raja pertama dari Kerajaan Banjar yang memeluk agama Islam. 

Sewaktu kecil, nama dari sultan Suriansyah ialah Raden Samudera, seusai diangkat sebagai raja namanya berubah menjadi Pangeran Samudera dan juga sesudah memeluk Islam namanya berubah kembali menjadi Sultan Suriansyah. Gelar  lain yang disematkan pada beliau  ialah Panembahan (Susuhunan Batu Habang). 

 

B.     Kerajaan Islam Pontianak

 

1.      Sejarah Berdirinya Kerajaan Islam di Pontianak

Sejarah berdirinya kerajaan Pontianak tidak bisa dipisahkan dari Syarif Abdurrahman yang memimpin dan menebas hutan diujung delta sungai Kapuas dan sungai Landak. Dalam satu minggu pekerjaan Syarif Abdurrahman dan pasukannya berhasil mendirikan rumah sederhana dan tempat beribadah, yang kemudian tempat itu dinamakan Pontianak. Asal usul penamaan Pontianak atau dalam bahasa daerah yang berarti hantu wanita pengganggu/ Kuntilanak berasal dari cerita bahwa pada sore hari Jumat 9 Rajab 1185, 18 oktober 1771 Pangeran Syarif Abdurrahman beserta rombongannya dalam perjalanan menyusuri sungai Kapuas pada malam harinya mendapat gangguan. Menurut kisahnya gangguan tersebut berasal dari hantu yang mendiami Pulau Batu Layang, gangguan yang ditafsirkan sebagai hantu jahat, membuat takut anak buah perahu rombongan. Hingga pada  keesokan harinya mereka tidak meneruskan perjalanan, sambil memerhatikan situasi sekitarnya Syarif Abdurrahman memerintahkan anak buahnya untuk mengusir hantu tersebut dengan menembakkan meriam ke arah sumber suara tersebut. Itulah asal-usul cerita tentang penamaan kota Pontianak.

Pangeran Syarif Abdurrahman setelah berhasil menghilangkan gangguan suara hantu yang ternyata adalah suara manusia yang mencoba menakuti para pendatang kemudian meneliti daerah disepanjang sungai Landak dan sungai Kapuas, pesisir kedua sungai tersebut ternyata sudah didiami oleh penduduk suku Dayak dan orang-orang Melayu. Kedatangan rombongan Syarif Abdurrahman itu pun menarik perhatian orang yang lalu lintas di daerah itu. Akhirnya pada tanggal 8 bulan sya’ban 1192 H, bertepatan dengan hari Senin dengan dihadiri oleh Raja Muda Riau, raja Mempawah, Landak, Kubu dan Matan, Syarif Abdurrahman akhirnya dinobatkan sebagai Sultan Pontianak dengan gelar Syarif Abdurrahman Ibnu AlHabib Al-Kadrie.

Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan pada kesultanan Pontianak pada tahun 1992 H, berdirinya pemerintahan Syarif Abdurrahman di Pontianak ini ditandai dengan berdirinya Masjid Jami’ Sultan Abdurrahman AlKadrie dan Keratin Kadariah, yang terletak di Kelurahan Bugis Kecamatan Pontianak Timur. Usaha untuk membesarkan kerajaan Pontianak dilakukan dengan bantuan dari Sultan Pasir, Syarif Abdurrahman, mereka membajak kapal Belanda di dekat Bangka, kapal Inggris dan Prancis di Pelabuhan Passir. Hasil tersebut membuat Abdurrahman menjadi seseorang kaya dan kemudian mengembangkan daerahnya menjadi pusat perdagangan yang makmur, dan mulailah Pontianak berdiri.

 

2.      Perkembangan Ajaran Islam di Pontianak

Perkembangan Islam di Kalimantan Barat seperti di daerah-daerah lainnya di Nusantara melalui jalur ekonomi dan perdagangan. Islam juga disebarkan oleh pedagang-pedagang muslim dan da’i-da’i yang datang berkelana dengan misi berdagang atau menyebarkan agama Islam.

Sultan Syarif Abdurrahman adalah bangsawan Arab yang selain sebagai raja pertama di kerajaan Pontianak juga merupakan seorang pendakwah yang menyebarkan agama Islam. Perkembangan Islam di Kalimantan dapat dikatakan masuk melalui Pontianak. Masuknya Islam di Kalimantan ini juga tidak luput dari perjuangan ayahnya Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie yaitu Habib Husein Al-Qadrie.

Sebelum wafat pada tanggal 3 Zulhijah 1184 H, Habib Husein Al-Qadrie beliau menikahkan putranya Syarif Abdurrahman Al-Qadrie dengan Utin Cendramidi yang taklain adalah putri dari Raja Mempawah. Ketika beliau berada di Banjar, oleh Sultan Banjar diangkat menjadi pangeran Sayid Abdurrahman Nur Alam yang kemudian menjadi Raja Pontianak dengan gelar Sri Sultan Syarif Abdurrahman bin Habib Husein Al-Qadrie.

Umat Islam di Kalimantan pada masa Syarif Husein bin Ahmad Al-Qadrie masih sedikit. Akan tetapi, setelah berdirinya kerajaan Islam Pontianak agama Islam berubah menjadi agama yang mayoritas hal ini karena kesungguhan dari rajanya Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie untuk meneruskan perjuangan dakwah dari ayahnya. Bahkan Sultan Syarief Abdurrahman Al-Qadrie mengundang guru mengaji khusus untuk menjadi guru ngaji di lingkungan Keraton Kadariyah Pontianak. Guru ngaji tersebut bernama Djafar. Pada zaman tersebut dia adalah salah seorang yang termasyhur di daerah Kampung Kapur.

Nuansa Islam sangat kental jika kita datang ke Kampung Bansir, di Kampung Kapur, Kampung banjar Serasan dan Kampung Saigon sangat kental dengan pengaruh agama Islam. Hal ini membuktikan bahwa Islam pada masa itu sudah menyebar luas ke wilayah Pontianak.

 

3.      Perkembagan dan Masa Keemasan

Masa pemerintahannya, sultan telah mengadakan hubungan luas dengan raja-raja di dalam dan luar Kalimantan Barat. Hubungan kerjasama ini menjadi faktor menarik perdagangan di Pontianak. Kedatangan para pedagang bumi putra seperti Bugis, Tambelan, Banjar, Serasan, Sampit, BangkaBelitung, Kuantan, Kamboja, Saigon telah memberi nuansa pada perkembangan Kota Pontianak. Setelah diberi tempat oleh sultan, para pedagang bermukim dengan membentuk perkampungan di tepian Sungai Kapuas—letaknya paralel sebelah timur keraton. Tidak mengherankan di Pontianak banyak dijumpai perkampungan pedagang yang sesuai daerah asalnya, kondisi ini juga telah membentuk heterogenitas etnis sebagai ciri utama komposisi penduduk.

Cepat tumbuhnya Pontianak menjadi kerajaan yang besar adalah bahwa Pontianak dinilai sebagai daerah yang strategis, membawa kemajuan dalam pelayaran dan perdagangan. Belum lagi dengan adanya jaminan dari Sultan Pontianak atas pelayaran dan perdagangan di kawasan Sungai Landak dan Sungai Kapuas Kecil, membuat lalu lintas perdagangan di Pontianak semakin ramai. Berawal dari keadaan tersebut membuat kerajaan Pontianak tumbuh besar dan kuat baik dari segi ekonomi dan militer sebagai implementasi pasukan penjaga keamanan perdagangan.

Dengan kedudukannya yang cukup kuat Abdurrahman berusaha melakukan ekspansi, dengan target pertama adalah menaklukkan Kerajaan Sanggau. Merasa terancam dengan sikap dari kerajaan Pontianak, kerajaan Sanggau selaku vazal (negeri bawahan) kerajaan Banten meminta bantuan agar dapat dibantu dalam menghadapi serangan kerajaan Pontianak. Akan tetapi, dari kerajaan Banten sudah tidak berdaya lagi untuk membantu kerajaan Sanggau, akhirnya memilih untuk menyerahkan kekuasaan Sanggau kepada Sultan Pontianak.

 

4.      Pergolakan dan Runtuhnya Kerajaan

Sebenarnya kelahiran Pontianak ini bersamaan dengan periode bercokolnya imperialisme Barat yang menyebabkan kehidupan kesultanan ini tertekan di bawah eksploitasi kekuasaan imperialisme tersebut. Hal ini berarti bahwa hubungan kesultanan Pontianak dan sultan serta para kerabat istana dan rakyatnya di satu pihak, dengan pemerintah kolonialisme Belanda bersama pejabatnya di lain pihak, bersifat tidak seimbang, imperialistis dan eksploitatif yang kentara sekali. Menghadapi kenyataan itu, sultan, sebagian kerabat sultan dan para pembantunya tampaknya menerima perlakuan tidak adil itu tanpa banyak reaksi dan oposisi, sehingga terkesan Kesultanan Pontianak bersekutu dengan pemerintahan penjajahan Belanda. Padahal ketundukan itu merupakan keterpaksaan dan strategi menghindari konlik militer langsung antara kedua pihak yang berakibat kehancuran bagi kesultanan ini, karena tidak memiliki kelengkapan perang yang memadai.

Campur tangan VOC dalam soal-soal intern kerajaan membawa Pontianak terlibat dalam pertikaian politik dan ekonomi antar kerajaan. Perebutan kekuasaan di wilayah Kalimantan Barat menjadi kompleks dengan adanya konlik perbatasan antara Mempawah dan Sambas. Meskipun konlik itu dapat diselesaikan melalui perantaan Syarif Abdurrahman Al Qadri Sultan Pontianak, tetapi pertentangan antara Panembahan Mempawah dan Abdurrahman meningkat. Faktor ini yang menyebabkan kemuduran dari kerajaan Pontianak.

 

5.      Raja-Raja Penguasa Pontianak

1)      Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie bin Habib Husein Alkadrie

2)      Sultan Syarif Kasim Alkadrie bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie

3)      Sultan Syarif Usman Alkadrie bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie

4)      Sultan Syarif Hamid Alkadrie bin Sultan Syarif Usman Alkadrie

5)      Sultan Syarif Yusuf Alkadrie bin Sultan Syarif Hamid Alkadrie

6)      Sultan Syarif Muhammad Alkadrie bin Sultan Syarif Yusuf Alkadrie

7)      Mayjen KNIL Sultan Hamid II (Sultan Syarif Hamid Alkadrie bin Sultan Syarif Muhammad Alkadrie

8)      Sultan Syarif Abubakar Alkadrie bin Syarif Mahmud Alkadrie bin Sultan Syarif Muhammad Alkadrie

 

6.      Kehidupan Politik, Ekonomi, Social dan Budaya

 

a.       Politik

Kesultanan ini berlangsung selama hampir dua abad, yaitu sejak tahun 1771 hingga tahun 1950. Selama kesultanan ini masih eksis terdapat delapan sultan yang pernah berkuasa. Ketika kesultanan ini berakhir pada tahun 1950, yaitu seiring dengan bergabungnya banyak daerah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka sistem pemerintahan juga berubah menjadi pemerintahan Kota Pontianak.Pada tahun 1943-1945, pejuang-pejuang di Kalimantan Barat ikut berjuang melawan kolonialisme Jepang di Indonesia, sebagaimana yang dilakukan pejuang-pejuang di Jawa dan Sumatera. Puncaknya, pada tanggal 16 Oktober 1943 terjadi pertemuan rahasia di Gedung Medan Sepakat Pontianak yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat dari berabagai golongan. Mereka bersepakat untuk merebut kekuasaan dari pemerintah kolonial Jepang dan mendirikan Negeri Rakyat Kalimantan Barat dengan lengkap 18 menterinya.

 

b.      Ekonomi

Perdagangan merupakan kegiatan yang menopang kehidupan ekonomi di Kerajaan Pontianak. Kegiatan perdagangan berkembang pesat karena letak Pontianak yang berada di persimpangan 3 sungai. Pontianak juga membuka pelabuhan sebagai tempat interaksi dengan pedagang luar.

Komoditas utamanya antara lain Garam, berlian, emas, lilin, rotan, tengkawang, karet, tepung sagu, gambir, ,pinang, sarang burung, kopra, lada, dan kelapa.Pontianak memiliki hubungan dagang yang luas. Selain dengan VOC, pedagang Pontianak melakukan hubungan dagang dengan pedagang dari berbagai daerah. Kerajaan Pontianak kemudian menerapkan pajak bagi pedagang dari luar daerah yang berdagang di Pontianak. Tidak sedikit dari para pendatang yang kemudian bermukim di Pontianak. Mereka mendirikan perkampungan untuk bermukim sehingga nama-nama perkampungan lebih menunjukkan ciri ras dan etnis.

 

c.       Social dan Budaya

Masyarakat Pontianak dikelompokkan secara sosial berdasarkan identitas kesukuan, agama, dan ras. Pengelompokan berdasarkan suku, yaitu: pertama, komunitas suku Dayak yang tinggal di daerah pedalaman. Komunitas ini dikenal tertutup, lebih mengutamakan kesamaan dan kesatuan sosio-kultural. Kedua, komunitas Melayu, Bugis, dan Arab, yang dikenal sebagai penganut Islam terbesar di daerah ini yang lebih menekankan aspek sosio-historis sebagai kelas penguasa. Ketiga, imigran Cina yang tinggal di daerah pesisir, yang dikenal sebagai satu kesatuan sosio-ekonomi.

Selain itu,pengaruh agama islam juga mempengaruhi kehidupan sosial budaya masyarakat Pontianak,baik tradisi dan adat.

7.      Peninggalan Budaya

 

·         Kata Saprahan sudah asing terdengar di telinga masyarakat Kalbar, padahal kata ini adalah sebuah jamuan makan yang melibatkan banyak orang yang duduk di dalam satu barisan, saling berhadapan dalam duduk satu kebersamaan. Masa kini tradisi tersebut telah berganti menjadi sebuah trend baru prasmanan, dimana sulit untuk mempertemukan sekelompok orang atau masyarakat dalam satu majelis, saling berbagi rasa tanpa syak swangka, saling berhadapan sembari menikmati hidangan makanan di hadapannya.

·         Pantun

·         Mantra

·         Syair

·         Jepin Lembut

 

8.      Peninggalan Kerajaan Islam Pontianak

Peninggalan-peninggalan yang bisa kita temui dari Kerajaan Pontianak ini adalah sebagai berikut:

1)      Keraton Kadriah

kraton-kadriah-1.jpg

Keraton Kadariah (Keraton Qadriah) adalah istana Kesultanan Pontianak yang dibangun pada dari tahun 1771 sampai 1778 masehi. Sayyid Syarif Abdurrahman Al-qadrie adalah sultan pertama yang mendiami istana tersebut. Keraton ini berada di dekat pusat Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Sebagai cikal-bakal lahirnya Kota Pontianak, Keraton Qadriah menjadi salah satu objek wisata sejarah. Dalam perkembanganya, keraton ini terus mengalami proses renovasi dan rekrontuksi hingga menjadi bentuk yang sekarang ini.

 

 

2)      Masjid Jami’Abdurrahman

Masjid-Jami-Pontianak-660x300.jpg

Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Abdurrahman. Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Usman dibangun kembali dan tetap dijadikan masjid kesultanan. Demi mengabadikan Abdurrahman sebagai pembuatnya, maka dijadikanlah namanya sebagai nama masjid itu. Terdrir dari enam tiang kokoh yang melambangkan rukun iman, dan 4 atap yang melambangkan sahabat nabi. Menurut Zein (1999: 317), Masjid Jami’ Abdurrahaman selain dijadikan tempat ibadah, juga dijadikan sebagai tempat penyebaran dan penggalian ilmu-ilmu Islam.

 


 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa awal mulanya Kerajaan Islam di Kalimantan terjadi karena Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha dapat ditaklukkan oleh kerajaan Islam sehingga agama Islam menyebar hingga ke seluruh Nusantara, salah satunya Kalimantan. Di Kalimantan, Kerajaan Islam juga menyebar akibat kekalahan Kerajaan Hindu-Budha yang kemudian digantikan oleh Kerajaan Islam. Salah satu Pangeran yang berjasa dalam penyebaran Kerajaan Islam di Kalimantan Ialah Pangeran Samudera.

Setelah Islam datang ke Indonesia terutama di Pulau Kalimantan banyak perubahan-perubahan yang terjadi terutama bagi rakyat yang menengah ke bawah. Mereka lebih di hargai dan tidak tertindas lagi karena Islam tidak mengenal sistem kasta, karena semua masyarakat memiliki derajat yang sama. Islam juga membawa perubahan-perubahan baik di bidang politik, ekonomi dan agama. Islam juga bisa mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia untuk melawan dan memgusir para penjajah.

 

B.     Saran

Setelah beberapa paparan dan kesimpulan yang dijabarkan, saran yang dapat penulis sampaikan yaitu semoga dengan mengetahui sejarah perkembangan Islam di Kalimantan kita dapat menghormati dan menghargai hasil jerih payah mereka dalam menegakkan Islam di daerah Kalimantan walaupun harus berkorban nyawa dalam memerangi kerajaan Hindu-Budha yang pernah menguasai daerah-daerah di Kalimantan.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

dosenpendidikan./kerajaan-banjar/

abangnji./2019/08/peninggalan-kesultanan-banjar.

anggitwildian./2014/03/sejarah-kerajan-kerajaan-islam-di-kalimantan.

gurusejarah./2015/01/kerajaan-kerajaan-islam-di-kalimantan

rexy-smakenfour./2017/07/tugas-makalah-kerajaan-pontianak

hariansejarah./2019/09/kerajaan-islam-di-pontianak.

 

 

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN Evaluasi dan Pengembangan Usaha

mAKALAH Cabang Olahraga Lempar

MAKALAH Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia